Langsung ke konten utama

Fismat? Memang Seberapa Pentingnya?

Adakah diantara pembaca sekalian yang baru saja lulus SBMPTN jurusan fisika? Jika anda salah satunya maka sebelumnya saya ingin ucapkan welcome to the jungle! eh maksudnya selamat datang di jurusan fisika, sekarang anda se-jurusan dengan orang yang dianggap paling cerdas se-planet bumi (Albert Einstein). Berbicara tentang mata kuliah di jurusan fisika, sudah jadi rahasia umum sekira ditahun kedua nanti anda akan berjumpa dengan sesuatu yang bernama Fismat (singkatan dari (mata kuliah) Fisika Matematika). Apa itu? Jika kita bertanya pada senior atau kakak tingkat sebagai orang yang sudah melewati, biasanya deskripsinya sangat sederhana, Fismat = Rumusan matematika yang memenuhi berlembar-lembar kertas. Sesungguhnya itu definisi yang tidak salah karena nyatanya memang demikian. Akan tetapi, jika pandangan awal kita hanya sedangkal itu, yakin dan percaya di minggu ke 3 atau 4 perkuliahan Fismat, akan mulai sering terlintas di kepala kita sebuah pertanyaan "Apa gunanya semua ini?". Seperti tak berguna dan hanya menghabiskan waktu, tenaga, pikiran, juga kertas. Nah, agar hal tidak keren itu tak terjadi pada Anda, tentunya kita perlu memiliki pandangan yang benar terhadap subjek yang satu ini.

Kita tentu pernah belajar fisika sewaktu SMP dan SMA. Maka anggap lah itu suatu taman atau kebun kecil. Tentunya kita tak perlu persiapan khusus untuk masuk ke sana. Untuk belajar Hukum Newton misalnya, kita bahkan cukup mengandalkan kemampuan matematika kita pada saat itu (kali bagi tambah kurang) plus integral dan differensial untuk belajar GLBB, dll. Akan tetapi, dunia fisika perguruan tinggi adalah satu hal yang sangat berbeda. Bukan lagi taman atau kebun, dia ibarat hutan belantara yang sangat luas. Masuk tanpa persiapan, kita tentu bisa hilang arah atau bahkan gugur ditengah perjalanan jika tak memiliki bekal yang mantap.

Meskipun di tahun pertama kita masih bisa mengandalkan kemampuan matematis yang kita bawa dari SMA (untuk mata kuliah semacam Fisika Dasar dan Matematika Dasar), di semester lanjut nanti seorang mahasiswa fisika akan berhadapan dengan mata kuliah yang sangat teknis matematisnya, sebut saja Teori Medan Elektromagnet, Fisika Kuantum, dll. Nah, kemampuan matematis yang kita bawa dari SMA tentu sudah tidak kuasa lagi membendung superioritas matematika yang ada disana. Oleh karena itu, Fismat dihadirkan di tahun kedua untuk meng-upgrade skill matematika kita. Jadi Fismat itulah bekal yang menjadi titik awal perjalanan kita memasuki fisika tingkat lanjut.

Jika sanggup memanfaatkan dengan baik pertemuan dengan Fismat yang hanya sekali itu (lain cerita kalau tak lulus) dapat dipastikan kita akan memiliki kemampuan matematis yang jauh berlipat. Ada banyak hal yang tentu yang tak pernah kita tahu sebelumnya. Misalnya kita jadi tahu bahwa selain Cartesian ternyata ada koordinat lain: mis. bola, silinder dan ada jalinan transformasi diantara mereka, bahwa ada hubungan yang akrab antara eksponesial dan trigonometri, bahwa $\sqrt{-1}=i$ maka ada yang dinamakan bilangan imajiner bahkan bilangan kompleks, bahwa fungsi-fungsi ternyata dapat diekspansikan dalam bentuk deret, tak sekedar operasi kali bagi tambah kurang, kita akan punya operasi grad, div, dan curl. Kita jadi tahu kalau ini $\nabla^2$ namanya Laplacian, sedang ini $\Box$ namanya Alembertian, berbagai macam persamaan differensial, integral permukaan dan volume, dll dsb. Maka tentu adalah hal yang teramat sangat lucu (kalau kata teman saya 'memalukan') jika seorang mahasiswa fisika memiliki kemampuan matematis yang hampir tidak ada bedanya dengan ketika dia duduk di bangku sekolah.

Meskipun harus diakui bahwa ketika mempelajari Fismat akan terasa cukup berat, yakinlah bahwa tak peduli dia bernama Stephen Hawking atau Edward Witten, semua mahasiswa fisika pasti pernah mengalamilaluinya di tahun awal kuliah. Konon, dalam fase itu mahasiswa fisika sampai tersadar bahwa Fismat adalah satu-satunya problem yang bisa menyaingi masalah hati (masalah hati yang berat itu loh). Tapi tentunya kita masih bisa cukup yakin bahwa Fismat adalah subjek yang tetap aman untuk dipelajari karena sampai hari ini belum ada kasus orang mati gara-gara Fismat. Setengah mati sih iya, namun itupun hanya terjadi pada mereka yang kurang informasi dan motivasi. 

Nah! untuk penguasaan Fismat sendiri maka kesungguhan adalah kuncinya. Dengan sedikit kerja keras, maka di akhir semester dipastikan kita telah memiliki bekal yang sangat cukup untuk mengarungi hutan belantara bernama fisika. Ibarat lain, kita telah akrab dengan kawan baru bernama Fismat. Seorang kawan yang kelak akan sangat setia menemani suka duka perjalanan kuliah hingga sarjana nanti. Dia tak akan lari mengkhianatimu bahkan ketika problem fisika paling hebat telah nyata berdiri dihadapanmu!

Selamat mempelajari Fismat..
Terang bahwa Fismat adalah segala apa yang kita butuhkan. Penguasaan Fismat adalah pembeda yang paling kentara diantara mahasiswa fisika yang sangat menikmati dengan yang justru merasa sangat terbebani oleh studinya – dewaphysics
.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

On the Theorem of the Solution of the Second Order Differential Equations

Wiih judulnya serasa paper ilmiah saja. Jadi ceritanya disuatu siang yang mendung, pernah datang seseorang kepadaku (Lha ini kok mirip redaksi Hadist XD) mahasiswa fisika bernama Konohamaru bersama problemnya mengenai teorema untuk memperoleh solusi dari persamaan differensial biasa orde-2. Jadi tak sekeren judulnya, tulisan ini sebenarnya hanyalah analisis dangkal saja bagi mereka yang sudah mengetahuinya. Pada waktu itu sebenarnya dia sudah memperoleh solusi yang tepat untuk permasalahannya, namun memperolehnya via teorema. Tentu anda tahulah bagaimana karakter seorang dosen fisika (yang rese' lagi suka menguji) ditambah lagi jika sedang berada di ruang sidang selaku penguji. Lengkaplah sudah! Nah, biar lebih jelas sebenarnya si Konohamaru sedang di sidang, namun di luar dugaannya, bukan pertanyaan benar-salah yang ditembakkan padanya melainkan justru darimana teorema yang digunakannya berasal. Alhasil bingunglah dia memikirkannya, sakitlah kepalanya. Persiapan dua bulan seakan

Solusi Referensi Tugas Akhir

Ketika seorang mahasiswa (fisika) semester akhir mulai berurusan dengan tugas akhir, pencarian referensi adalah satu masalah yang penyelesaiannya susah-susah gampang. Maksudnya susah bagi mereka yang masih bingung dan gampang bagi mereka yang paham 'trick-nya'. Padahal sudah barang tentu referensi (paper, jurnal, lecture notes, buku) tentu sangatlah penting karena selain dapat menjadi sumber dan memperluas ide penelitian, landasan teori, juga dapat memberikan gambaran umum/spesifik hingga memberikan informasi terupdate dari topik yang akan diangkat nantinya. Cara memperolehnya tentu bisa bermacam-macam, bisa dari saudara atau kawan, siapa tahu ada yang pernah mengerjakan topik serupa ataupun topik lain namun masih relevan dan menunjang tugas akhir kita. Selain itu, dapat pula dari perpustakaan (jurusan, fakultas, hingga universitas) yang tentunya memiliki koleksi skripsi, tesis, disertasi dalam jumlah yang lumayan. Namun semua itu tentunya belum cukup dan kurang memuaskan 

Ada ZP Theart di Valley of Tears!

Valley of Tears merupakan nama salah satu lokasi di dataran tinggi Golan yang mana pernah menjadi medan tempur antara Israel dan Suriah, satu sektor dalam perang Yom Kippur pada 6 - 9 Oktober 1973. Di lokasi tersebut terjadi salah satu perang tank yang paling dahsyat dalam sejarah, dengan kemenangan berada dipihak Israel setelah sanggup bertahan walau dalam jumlah yang relatif jauh lebih kecil dibanding pasukan Suriah. Kembali pada judul postingan, lantas apa hubungannya dengan ZP Theart (yang seorang vokalis power metal)? Kenampakan Valley of Tears ditahun 2010